Ditolak SNMPTN Diterima di Turki?


Kali ini saya mau edisi curhat bagaimana ceritanya bisa sampai terdampar di Turki…hehe, Terdampar yang menyenangkan dan insyaAllah penuh berkah J

Tahun 2013 lalu saya masih duduk di kelas XII Madrasah Aliyah Negeri 3 Kediri (Now: MAN 2 Kota Kediri). Layaknya siswa kelas menengah akhir lainnya saat itu saya pun sedang sibuk dengan berbagai persiapan menjelang UN dan sibuk mengikuti pendaftaran Kuliah jalur SNMPTN (jalur tanpa tes untuk masuk PTN). Bermodalkan nilai rapor semester 1-5 yang cukup memuaskan saya pun dengan PD.nya mendaftar di PTN-PTN favorit yang berada di luar jawa timur dengan memilih jurusan favorit. Proses pendaftaran yang seharusnya mudah itu menjadi sangat sulit bagi saya. Pendaftaran yang dilakukan secara online itu mewajibkan kita untuk menggunakan NISN (Nomor Induk Siswa Nasional). Nah, NISN saya itu sebelumnya telah terdaftar dan tidak bermasalah tapi saat detik-detik pendaftaran SNMPTN saya tidak bisa menemukan NISN saya, disistem tertulis bahwa NISN saya tidak valid. Setelah bertanya kesana-kemari, bolak-balik mengurus kesana-kemari akhirnya pada menit-menit akhir pendaftaran NISN saya sudah valid. Lega rasanya waktu itu. Tapi entah mengapa ada sedikit kekhawatiran yang terlintas dibenak saya. Apakah saya sudah benar dengan pilihan saya.

Saat yang mendebarkan itupun tiba, diwaktu sore hari setelah berdiam diri lama dan mengunci diri di kamar saya membuka pengumuman hasil SNMPTN. Antara percaya dan tak percaya, pelan-pelan saya baca pengumannya dan ternyata saya “ TIDAK DITERIMA”. Dengan kata lain saya tidak lolos SNMPTN. Kecewa pasti, malu pasti, gengsi apalagi. Mungkin saya merasakan kecewa yang terlalu dalam karena sikap saya yang terlalu PD. Mungkin ini juga teguran dari Tuhan karena saya terlalu PD atau mungkin saya terlalu sombong. Astaghfirullah, mungkin iya saya sedikit sombong dan memandang sebelah mata teman saya yang nilainya biasa-biasa saja. Tapi justru mereka lolos di Universitas Favorit. Kemudian saya bangkit, introspeksi diri, menghilangkan segala kesombongan diri dan bersiap-siap untuk bertarung di SBMPTN (ujian masuk PTN lewat tes tulis).

Saya rajin mengikuti bimbel SBMPTN di salah satu lembaga penyelenggara bimbingan. Membeli buku-buku persiapan SBMPTN dan mengerjakan berbagai soal ujian. Tapi, kembali saya dibuat bingung dan galau dengan jurusan yang harus saya pilih. Sebenarnya saya suka sesuatu yang berbau management, bisnis, ekonomi, ataupun yang berhubungan dengan sosial. Tapi kali ini saya takut gagal dan saya juga takut saya lolos di jurusan yang salah, di jurusan yang tidak saya senangi. Akhirnya dengan perasaan tetap berkecamuk saya memilih tiga jurusan favorit di tiga PTN besar.

Rasa galau tidak berhenti disini saja. Saat detik-detik menjelang keberangkatan menuju tempat ujianpun diselimuti drama air mata. Saya memilih tempat ujian di luar kota oleh karena itu saya harus berangkat ke kota tersebut lebih awal. Hari H keberangkatan kakak saya yang seharusnya mengantar malah terjebak macet dan sampai di rumah larut malam, di tambah lagi tiba-tiba dia jatuh sakit. Keesokan harinya sayapun bilang untuk berangkat sendiri tapi kakak saya memaksa untuk mengantar. Akhirnya sambil menahan rasa sakitnya dia mengantar saya menaiki bus antar kota menuju tempat tes.

Tes SBMPTN pun telah berlalu beberapa minggu lamanya. Inilah saatnya pengumuman hasilnya. Melalui web resminya saya pun melihat hasilnya. Dengan perasaan deg-degan yang tak tertahankan dan meluap-luap saya pun membaca hasilnya dalam hati. Tanpa terasa air mata menetes di pipi, perlahan tapi pasti membasahi bagian kerah baju. Kali ini saya bukan menangis karena kegagalan ataupun karena tidak lolos. Tapi saya menangis karena ternyata saya lolos. Saya kecewa dan sedih atas hasilnya. Loh kok???

Entah kenapa tiba-tiba hati dan pikiran saya menolak hasilnya. Iya, saya lolos tapi di pilihan terakhir. Loh bukannya saya juga yang memilih itu? Iya, saya memang awalnya memilihnya, tapi entah mengapa saya tidak menyukainya sekarang. Ya Allah, kenapa ini. Kenapa saya begitu labil, ini pilihan yang pernah saya pilih dulu, kenapa sekarang saya begini. Ya Allah…

Saya pun rasanya takut dan ingin lari dari kenyataan. saya bingung, saya galau. Mungkin ada rahasia di balik ini semua. Selang beberapa hari, akhirnya saya memutuskan untuk tidak mengambil jatah kursi saya itu. Dan saya memutuskan untuk mengikuti ujian masuk di salah satu UIN yang berada di luar kota. Beberapa hari setelah mengikuti ujian hasilnyapun keluar.

Tanpa ada perasaan deg-degan saya membaca hasilnya. Ternyata saya lulus dipilihan pertama di UIN itu. Tapi entah mengapa perasaan saya makin sedih dan galau. Batin saya mencerit seolah-olah ingin berkata bahwa saya telah salah strategi dari awal. Saya pun menangis sampai tak enak makan.

Hati saya terus berkata bahwa ini bukan jalan yang harus saya ambil. Saya terus berdoa dan mencari jalan keluar. Harus melangkah kemana. Saat itu saya sudah seperti layangan putus.

**************************************************************************

Ditengah kegalauan, saya menemukan website yang berisi informasi tentang kuliah di Turki. saat itu juga saya seperti mendapatkan jawaban harus kemana. Setelah berulang kali menggali-gali informasi akhirnya saya mantap untuk apply beasiswa ke Turki. tapi, sayangnya saat saya mau daftar ternyata pendaftarannya sudah ditutup berbulan-bulan yang lalu. Dengan Bismillah akhirnya saya memutuskan untuk menunggu pembukaan beasiswa ini tahun berikutnya.

Dengan penuh kehati-hatian saya menjelaskan kepada orangtua bahwa saya tidak ingin mengambil kuliah tahun ini. Saya mau ambil kursus di kampung inggris saja biar bisa tiap hari pulang dan menemani keluarga di rumah. Saya tidak bercerita tentang misi saya untuk menanti pembukaan beasiswa Turki tahun depan.

Awalnya orangtua sedikit keberatan. Karena saya bisa saja kuliah di universitas yang telah saya lepas sebelumnya. Teman-temanpun berkata demikian. Tapi saya jelaskan pelan-pelan pada orangtua. Bahwa kalau melakukan sesuatu itu saya tidak mau setengah-setengah. Saya takut kalau nanti ditengah jalan saya menyerah dan saya pindah. Saya juga tidak mau melakukan sesuatu yang bertentangan dengan hati dan pikiran saya. Dan saya meyakinkan mereka untuk tidak mengecewakan mereka ditahun berikutnya.

Setelah itu hp saya dibanjiri pesan masuk dari teman-teman yang menanyakan tentang kuliah dimana saya sekarang. Banyak dari mereka yang menyayangkan keputusan saya untuk menunda kuliah. Akhirnya karena lelah dengan segala pertanyaan mereka dan karena saya ingin menenangkan diri. Akhirnya saya tidak memakai segala media sosial dan tidak menjawab setiap pesan dan telp yang masuk dari siapapun kecuali dari keluarga saya. Bisa dibilang saya menghilang dari teman-teman saya. Ini sedikit berlebihan, tapi bisa membuat saya lebih tenang..haha, kemudian saya mencoba hidup baru bergaul dengan para pendatang dari berbagai kota di kampung inggris pare. Menikmati hari-hari saya di sana, mengenal banyak teman baru, cerita baru, pengalaman baru.

**************************************************************************

Tibalah saya di Tahun 2014. Dalam hati saya berkata bahwa tahun ini akan menjadi tahun emas bagi saya. Saya menulis tiap list apa saja yang mau saya capai. Saya belajar lebih giat, dan terus memompa segala energy positif. Pembukaan beasiswa Turki pun telah di buka. Lagi-lagi saya harus mengurus segala dokumen sendirian dan bolak-balik kesana kemari. Detik-detik akhir menjelang penutupan pendaftaran saya baru berani submit formulir pendaftaran saya. Bismillah insyaAllah kali ini jalan saya.

Pada tahun ini saya pun kembali mengikuti tes SBMPTN di luar kota. Tapi kali ini, saya berangkat sedirian. Tes SBMPTN berlangsung dua hari. Ketika bersiap-siap untuk menjalani tes di hari kedua saya mendapatkan kabar bahwa pengumuman yang lolos wawancara beasiswa Turki sudah dikirim melalui email. Perasaan deg-degan kembali muncul, tidak ada notifikasi dari email saya hari ini. Kemudian saya buka email, berulang kali saya ubek-ubek. 

Dan email itupun datang … Alhamdulillah saya lolos ke tahap wawancara dan saya harus segera siap-siap untuk berangkat ke Jakarta. Tanpa pikir panjang saya langsung menelpon kedua orangtua. Setelah tes SBMPTN hari kedua selesai saya segera menghubungi pihak travel untuk segera pulang ke rumah dan menyiapkan segala dokumen untuk pergi ke Jakarta. 

Saya sendirian naik kereta ke Jakarta untuk pertama kalinya. Perjalanan dari keberangkatan sampai proses wawancara berjalan cukup lancar dan mulus. Tapi drama kembali terjadi pada saat mau pulang. saya sempat kesasar sedirian di Jakarta sampai akhirnya tante saya yang kebetulan kerja di Jakarta berhasil menemui saya..hehe, kemudian pada hari itu juga saya harus segera menuju ke jogja karena saya harus mengikuti ujian mandiri di salah satu PTN keesokan harinya. Jadwal pesawat tidak ada yang pas waktu itu, kereta juga. Akhirnya saya memutuskan untuk naik bus yang executive. Tapi saya dan tante yang mengantar saya, kita sama-sama tidak tahu harus naik dari mana.

Akhirnya atas saran dari temannya kita menuju ke Terminal pulo gadung. Yang ternyata di sana itu cukup mengerikan. Yup, saya kena tipu di sana. Alih-alih naik bus executive yang nyaman dan cepat justru saya dapet bus yang ternyata sudah tidak layak untuk dipakai perjalanan lintas provinsi. Hiks… karena hari sudah larut, akhirnya saya naik saja. Tidak punya pilihan lain. Dan do you know…. orang satu bus itu ternyata ketipu semua, sepanjang perjalanan saya menangis, dan curhat pada seorang bapak-bapak baik yang sedang mudik. Tapi bapak itu menasehati saya buat sabar dan mungkin ini salah satu ujian yang harus saya lalui sebelum kuliah di luar negeri…, saat itu sudah bisa dipastikan saya akan sangat terlambat sampai jogja dan tidak bisa mengikuti ujian.

Waktu itu bus ini harusnya menurunkan saya di jogja, tapi malah saya dan penumpang lainnya di turunkan di salah satu terminal di solo yang sepi…hikss, tambah nyesek. Akhirnya bapak-bapak yang baik tadi ngajak saya naik becak ke jalan besar untuk nyari bus menuju jogja. Karena kebetulan bapaknya juga takut telat ke acara khitanan anaknya…, sampailah saya di jogja sore hari dan di jemput teman saya yang di jogja. Langsung lemes dan makan abis satu piring. Kebetulan dari kemarin siang perut saya kosong.

Sebulan kemudian hasil SBMPTN menunjukkan hasil yang positif. Saya di terima di pilihan “ketiga” yang lagi-lagi kurang sreg di hati. Sepertinya ini penyakit saya, kurang hati-hati dalam memilih jurusan. Terselip sedikit kekecewaan diantara perasaan bahagia. Diambil setengah hati tak diambilpun sayang…huhu

Eh iya, saya juga sempat mengikuti ujian masuk Universitas negeri Islam lagi waktu itu. Saya lolos tapi dilanda galau karena registrasinya mepet waktunya dan tak memungkinkan untuk datang waktu itu. Akhirnya bye-bye..huhhu

Akhirnya harapan satu-satunya adalah lolos beasiswa Turki. Waktu itu Bismillah aja sih, sambil yakin dan berdoa. Tapi, jujur ada sedikit perasaan was-was, karena yang tersisa tinggal Turki aja. Yang dua diatas sudah saya tolak. Tapi dalam hati saya tetap mantap dan yakin banget kalau bakalan lolos. Ini sih karena hasil wawancaranya menyenangkan. Sebenarnya ini keputusan yang cukup berani dan penuh resiko. Melepaskan yang sudah pasti untuk sesuatu yang belum pasti. Eh, tapi yang sudah pasti kan setengah hati, yang belum pasti sepenuh hati mantap. Gimana dong? Haha *alasan..

Waktu itu dipenuhi rasa penasaran dan ngerasa di php.in karena pengumuman hasilnya nggak muncul-muncul. Akhirnya di bulan Ramadhan beberapa hari menjelang lebaran dapat email kalau saya lulus beasiswa ke Turki.

Alhamdulillah, langsung lega dan bersyukur. Kado terindah di bulan Ramadhan. sepertinya dari semua yang terjadi sebenernya Allah ingin mengarahkan saya ke Jalan ini. Ini jawaban dari usaha saya. Balasan dari airmata saya. Dan ini semua tak lepas dari support keluarga, teman dan doa kedua orangtua.


Bersyukur bisa melalui tahun-tahun berat, melalui kegalauan dan kekecewaan tanpa ada rasa menyerah dan putus asa. Allah selalu punya scenario yang indah untuk setiap hambanya. Kita hanya harus sedikit bersabar dan terus yakin, berdoa dan berusaha. Ketika satu pintu tertutup pintu-pintu lain telah terbuka. Kita hanya perlu menegok sedikit untuk menyadari bahwa pintu-pintu lain itu ada dan terbuka.








Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tata Cara Pembuatan SKCK untuk Visa Studi ke Luar Negeri

Naskah Drama Bahasa Arab

Penyetaraan ijazah Luar Negeri DITOLAK