Lelaki Bermata Biru (Cerpen)

sumber:sidomi.com

“ Hey, tunggu! Nama kamu Mentari kan?”
Teriak seorang lelaki berambut pirang degan tubuh tinggi itu menghentikan langkah kakiku. Sambil mengernyitkan alis aku menoleh ke arahnya dan menganguk seadanya. Matanya yang biru langsung menatap tajam ke arahku dan pertanyaan aneh keluar lagi darinya “ Mentari, kamu tahu namaku siapa?”. 
Dengan wajah bingung dan senyum tipis aku menjawabnya “ hayir, bilmiyorum (aku nggak tahu). Emang perlu aku tahu nama kamu?”. 
Seketika setelah mendengar jawabanku diapun tertawa lepas, aku pun hanya tersenyum bingung. Sepersekian detik kemudian dia mengulurkan tangannya “Güneş Barış Gök, you can call me güneş”.

Tanpa membalas uluran tangannya aku langsung berbalik arah dan berlalu darinya. Dari jauh dia tetap berteriak memanggil namaku dengan logat khas Turkinya. Tanpa sadar akupun senyum-senyum sendiri mendengar lelaki bermata biru itu memanggil namaku, jelas saja nama mentari cukup susah untuk diucapkan oleh lidah orang sini, jadi terdengar aneh ditelinga.

Setelah selesai kelas tanpa pikir panjang akupun segera meraih jaket musim dingin yang aku gantung di belakang kelas, dengan langkah terburu-buru setengah berlari aku berjalan menuruni tangga dan setelah tepat mencapai depan gedung fakultas aku dikejutkan oleh sosok lelaki bermata biru itu lagi. “Nasilsin? (apa kabar)” dengan senyum merekah dia menyapa dengan sedikit basa-basi. 
Akupun tanpa sadar tersenyum dan menjawabnya “ iyiyim(baik)”. 
“Bende iyiyim (aku juga baik)” sambil melirik ke arahku diapun menimpali jawabanku.
“Emang siapa yang nanya kabar kamu?” sahutku sambil tertawa dan melanjutkan langkahku.
Diapun berjalan mengikutiku “ kok ada sih orang kayak kamu, kalau ditanya kabar itu kebiasaan di Turki harus nanya balik, biarpun sekedar untuk basa-basi. Emang di Indonesia nggak gitu ya?”. 
“Sama kok di Indonesia juga nanya balik, biasanya sih aku nanya balik juga. Tapi khusus kamu aku nggak nanya balik. Kita kan nggak kenal”. Dengan cuek aku menjawabnya sambil pura-pura membenarkan pashmina warna merah marun yang aku kenakan.
Sambil terus berjalan mengikutiku di belakang diapun berkata “Kan kita sudah kenalan waktu itu aku Gunes.  Aku tuh sudah lama pengen kenal sama kamu. Ngomong-ngomong bahasa Turki kamu sudah bagus banget, dari mana belajarnya?”
“kan kuliah di Turki jadinya harus bisa bahasa Turki dong Gunes, biar bisa bersosialisasi di sini”. Celetukku
“apa? Tadi kamu panggil aku apa? Akhirnya kamu menyebutkan namaku untuk pertama kalinya”.  Lelaki bermata biru itupun mulai berkata hal yang sedikit lebay.
Aku hanya tertawa melihat tingkah anehnya sambil melirik ke arahnya. 

Hari-hari berlalu begitu cepat kita berduapun akhirnya berteman baik dan kita mempunyai gank di kampus yang terdiri dari aku dengan Zeynep gadis Turki berlesung pipi, Gunes dan dua lelaki turki lainnya (Serkan dan Toprak). Kita berlima menjalin persahabatan yang akrab. Kitapun sering belajar bersama dan mengerjakan tugas kuliah sampai larut malam. Kitapun sering keluar bersama untuk sekedar makan pide atau minum cay.

Beberapa hari menjelang liburan panjang musim panas kitapun memutuskan untuk piknik bersama di sebuah taman dekat pusat kota.

“Nggak kerasa ya, sudah hampir setahun kita bareng-bareng. Terimakasih sudah mau menerimaku menjadi bagian dari kalian”. Ungkapku pada mereka dengan senyum merekah.
Dan seperti biasa Serkan langsung menyeletuk “ Kita yang seharusnya makasih mentari, kita belajar banyak hal dari kamu. Sepertinya liburan kali ini aku pengen ikut kamu ke Indonesia”.   
“Enak aja mau asal ikut, yang mau ikut mentari itu aku”. Sahut Gunes tidak terima.
Kitapun kemudian tertawa dengan lelucuan yang dibuat oleh Gunes dan Serkan. Mereka berdua selalu pura-pura berantem berebut ikut ke Indonesia. Tidak hanya itu mereka juga selalu membuatku bingung ketika kita belajar bareng dan jika salah satu minta diajarin pasti yang satunya juga ngiri minta diajarin. Dan semuanya selalu minta didahulukan. Memang Lucu mereka itu. Sedangkan Zeynep, dia sosok yang perhatian dan suka diperhatikan. Dia baik, cantik, manis tapi suka males dateng ke kampus. 

Selama liburan musim panas aku akan menghabiskan waktu di Indonesia. Dan para sahabatku yang baik ini mengantarkan kepulanganku sampai ke Bandara. Barang bawaanku lumayan banyak, tapi untung ada Serkan, Gunes dan Toprak yang selalu siap sedia untuk membawakan barang-barangku. Aku berjalan di depan bersama Zeynep, beberapa saat kemudian langkah kita terhenti oleh suara Serkan. 
“Tunggu-tunggu, Mentari hari ini kan kamu bakal ninggalin kita. Dan selama tiga bulan kita nggak akan bisa ketemu, sebelum kamu pergi aku mau ngasih kenang-kenangan ini sama kamu” ucap Serkan sambil mengeluarkan kotak berwarna biru dari tas ranselnya.
Akupun terkejut dan penasaran dengan isi kotak berwarna biru itu, setelah aku menerima kotak itu akupun membukanya dan ternyata kotak itu berisi kalung dengan hiasan nadzar boncuk khas turki. Akupun tersenyum ke arah serkan dan berterimakasih “ sagol kanka(makasih bro), aku suka banget”
“Iya, itu ibuku yang milihin karena waktu itu aku bingung harus milih yang mana. Eh kamu suka? Cuman suka sama kalungnya nih? Sama yang ngasih nggak suka?”. Celetuk Serkan
Dengan muka memerah dan senyuman khas akupun menjawab “ apaan sih, udah ah becandanya”.
Sambil menatap kearahku Serkan menyahut “ aku nggak becanda Mentari, Seni Seviyorum Mentari (aku cinta kamu)”.

Jleb... kata-kata terakhir Serkan itu membuat kita semua terdiam. Apalagi aku, seketika aku tercengang dengan pernyataannya itu. Kita yang terbiasa bersahabat tak pernah terpikir sedikitpun kalau akhirnya Serkan akan menyatakan hal itu. Akupun bingung tak tahu harus berkata apa. Kata-kataku tertahan ditenggorokan.

Serkan memang tampan, cerdas, humoris. Bahkan bisa dikatakan dia adalah lelaki idaman tapi entahlah ada yang mengganjal dihatiku. Tanpa menjawab pernyataan Serkan akupun segera menarik tangan Zeynep dan bilang kalau mau ke toilet dulu.

“ Mentari, kamu ada rasa sama Serkan?” tanya Zeynep dengan rasa penasaran.
“ Aku nggak tahu Zeynep, yang jelas aku nyaman sama Serkan dia suka bikin aku selalu bahagia kalau di dekatnya tapi aku nyaman sama kalian juga. Aku nyaman sama kalian semua.” Jawabku sambil bingung dan membenarkan kerudung pashmina bermotif di depan kaca toilet. 
“Terus gimana dong? Kamu mau bilang apa ke Serkan?” Zeynep kembali menimpaliku pertanyaan yang membuatku makin bingung.
“Entahlah, aku nggak mau ada cinta-cintaan begini dalam hubungan persahabatan kita ini, aku udah nyaman begini berlima dengan kalian.” Jawabku dengan wajah bingung dan perasaaan campur aduk.

Setelah menenangkan diri sejenak aku dan Zeynep pun keluar dari toilet, Aku berjalan dengan perasaan yang masih kalang kabut tidak karuan ditengah jalan aku melihat sosok lelaki bermata biru itu lagi. Pandangannya tajam dan serius langsung tertuju ke arahku. 
“Mentari, iyi misin? (kamu baik-baik saja kan)”.  Gunes langsung melontarkan pertanyaan ini dan tanpa menjawabnya aku langsung berjalan menghampiri yang lainnya. Tapi kali ini tidak seperti biasanya, Gunes tidak membiarkan langkah kakiku berlalu begitu saja. Dia berjalan didepanku dan menghalangi jalanku, kemudian dia mengeluarkan sebuah amplop berwarna merah polos dan menyerahkannya padaku. 
“Baca ini kapanpun kamu ada waktu, Kendine iyi bak, iyi yolculuklar (jaga diri baik-baik, selamat jalan)”.

Sesaat setelah menyerahakan amplop merah itu Gunes pergi berlalu meninggalkanku yang masih bingung dengan semuanya. Entah kenapa ketika Gunes pergi berlalu seperti ini membuat hatiku rasanya sakit dan sedih. Tidak seperti biasanya dia meninggalkanku tanpa senyuman.

Aku melanjutkan langkah menemui yang lainnya setelah itu sesegera mungkin aku meraih koperku dan berjalan menuju tempat check-in kemudian langsung menuju ruang tunggu keberangkatan.

Setelah perjalanan kurang lebih 14 jam sampailah aku di Tanah air tercinta Indonesia, tapi waktu itu aku langsung teringat dengan amplop merah pemberian dari Gunes. Dengan rasa penasaran yang berkecamuk daritadi akupun segera membuka isi amplop itu dan membacanya.

Mentari Mustika Pratiwi, nama yang terdengar indah ditelinga tapi cukup sulit untuk lidahku melafalkannya. Seperti halnya juga aku yang sulit untuk menebak isi hatimu. Mentari, sejak pertama kali kita bertemu ada rasa aneh yang tumbuh di hatiku, aku yang biasanya tak suka mengejar perempuan hanya untuk sekedar berkenalan jadi memberanikan diri untuk berkenalan denganmu dan berusaha untuk selalu dekat denganmu. Aku belajar banyak hal darimu mentari, termasuk belajar tentang apa itu makna kehidupan yang sebenarnya. Seminggu yang lalu aku dikejutkan dengan cerita Serkan yang ternyata dia Mencintaimu, wajar saja dia mencintaimu. Laki-laki mana yang tak jatuh hati pada sosokmu yang manis, cerdas, lembut dan pemaaf.

Mentari beberapa bulan setelah kita bersahabat sebenarnya aku sudah ingin menyatakan perasaanku padamu. Tapi, aku berbalik arah ketika aku tahu tentang prinsipmu. Aku tak ingin menggoyahkan prinsipmu Mentari. Tetaplah menjadi mentari yang ceria dan kokoh pada prinsipnya, kamu adalah wanita pertama yang aku temui dengan prinsip yang mengagumkan. Semoga aku bisa berusaha memperbaiki diri menjadi yang lebih baik lagi. Aku mengerti bahwa cinta bukan tentang kesiapan untuk memiliki tapi cinta tentang kesiapan untuk kehilangan.

Bersama dengan surat ini aku ingin mengabarkan bahwa ayahku dipindah tugaskan di Jerman, jadi aku juga akan ikut pindah ke Jerman. Begitu kamu kembali ke Turki aku sudah tidak di sana lagi. Jaga diri baik-baik ya, semoga kita bisa bertemu kembali. 

Seni seviyorum
Güneş Barış Gök

Seperti petir yang menyambar isi suratnya benar-benar membuatku kaget. Belum selesai rasa kagetku, terdengar bunyi pesan masuk lewat wa, sesegera aku meraihnya dan kubuka ternyata ada pesan masuk lewat WA dari Serkan.

“Mentari dan Gunes, dua nama yang memiliki arti sama. Terus ceria dan menyinari kehidupan ya. Seni özledim Mentari (aku rindu kamu) :) “.





Komentar

  1. keren kak, bikin baper.. :) ky nya pengalaman pribadi ini hehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hi! makasih ya udah baca cerpen geje ini..haha, iseng aja sih (aslinya nggak bisa nulis). Wah, bisa sampai baper gitu yak. ehmm.. pengalaman pribadi apa bukan ya.. :D :p

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tata Cara Pembuatan SKCK untuk Visa Studi ke Luar Negeri

Naskah Drama Bahasa Arab

Penyetaraan ijazah Luar Negeri DITOLAK