(Gagal) Pertukaran Pelajar Erasmus+ ke Itali dan Jerman

sumber : http://cestovni-radce.cz

Kenapa ada kata gagal dalam kurung diawal judul?
Apa maksudnya?
Penasaran?
Begini ceritanya…

Salah satu keuntungan jika kuliah di Turki adalah kesempatan dan peluang besar untuk bisa melangkahkan kaki menjelajahi benua Eropa. Dan salah satu cara mudah agar bisa menginjakkan kaki di negara-negara Eropa adalah melalui program pertukaran pelajar Erasmus+. Banyak pelajar di Turki yang menjelajah negara-negara Eropa melalui program ini. Program pertukaran pelajar ini di buka setiap tahunnya dengan mengisi formulir pendaftaran, melengkapi dokumen yang dibutuhkan dan kemudian menyerahkannya kepada coordinator Erasmus+ jurusan masing masing. Kemudian mengikuti ujian tes tulis bahasa inggris dan jika lolos lanjut ke tahap wawancara (ada tambahan tes tulis dan wawancara dalam bahasa lain tergantung negara yang akan dituju dan kebijakan masing masing jurusan).

Nah, ketika mendengar program Erasmus ini yang terpikir di benak saya adalah ‘tahu bahasa inggris berarti cukup’ untuk mendaftar. Di tahun pertama kuliah saya langsung mecoba untuk mendaftar program ini. Saat itu saya hanya memilih tiga negara tujuan dengan urutan Itali, Jerman, Slovakia (sebenarnya boleh memilih sampai lima atau lebih). Pertimbangan saya dulu memilih tiga negara ini karena saya melihat dari segi mata kuliah yang bisa saya ambil nantinya dan syarat bahasa, kampus di tiga negara yang saya pilih ini memberikan beberapa mata kuliah dalam bahasa inggris. Saat memasuki tahap wawancara saya dikejutkan dengan keterangan dari dosen penguji, mereka berkata bahwa karena saya memilih itali dan Jerman maka saya wajib mengikuti wawancara dalam dua bahasa itu.

Jreng..jreng… mendadak saya panik dan bilang ke mereka bahwa saya hanya akan mengambil mata kuliah berbahasa inggris saja di sana karena saya belum bisa bahasa Itali ataupun Jerman, saya juga bilang bahwa saya sudah mengirim email pertanyaan kepada pihak kampus yang akan saya tuju mengenai apakah saya bisa hanya mengambil mata kuliah dalam bahasa inggris di sana dan mereka menjawab bisa. Tetapi apalah daya, peraturan tetap peraturan. Itu adalah peraturan yang sudah ditetapkan oleh pihak jurusan saya ini.

Dan benar saja ketika hasil pengumuman keluar, betapa kagetnya saya melihat hasil poin yang saya dapatkan dibawah hitungan saya. Hal ini dikarenakan saya tidak mengikuti wawancara dalam bahasa Itali/Jerman. Tetapi dari hasil yang keluar tetap nilai saya diatas nilai anak yang lolos ke Itali, tapi karena syarat bahasa tadi Koordinator Erasmus jurusan saya tidak mengizinkan saya untuk lolos.

 Saya sempat protes karena nama saya berada di antara nama-nama para cadangan dengan keterangan merah hal ini terjadi karena saya salah memilih, tapi coordinator jurusan saya tetap menegaskan bahwa ini sudah keputusan bersama_lagian saya juga masih tingkat satu masih ada kesempatan lagi untuk berangkat nantinya. Di sini jujur saya sangat kecewa karena nyata-nyata nilai saya diatas nilai mahasiswa yang diloloskan tadi, kemudian coordinator Erasmus+ jurusan saya menghibur saya dengan memuji ini itu, tapi tetap saja saya merasa ini tidak adil.

Setelah mencoba untuk menerima hasil dan ikhlas tiba-tiba pada saat semester 3 asisten dosen menghubungi saya dan menyanyakan apakah saya masih mau berangkat Erasmus. Kaget pasti saya tapi juga bercampur senang dan panic sedikit. Kemudian saya segera menemui asisten dosen saya untuk menanyakan mengenai hal ini, beliau memberikan saya tawaran untuk ikut Erasmus di semester 4 dan tersedia list beberapa negara waktu itu, ada Itali, Jerman, Ceko, Perancis, dsb saya lupa. Tapi karena mempertimbangkan faktor mata kuliah dan bahasa pengantar mata kuliah yang akan saya ambil saya memutuskan untuk memilih Jerman.

Setelah saya memilih itu, tiba-tiba beberapa hari berikutnya asisten dosen ini kembali menghubungi saya dan bilang kalau saya harus mengisi learning agreement yang berisi mata kuliah yang akan saya ambil di sana dan disamakan dengan mata kuliah yang ada di jurusan saya. Setelah berkonsultasi dengan beberapa dosen ternyata hasilnya saya hanya bisa memilih sedikit mata kuliah yang bisa disamakan/ditransfer dengan mata kuliah di jurusan saya (karena kebanyakn mata kuliahnya pakai bahasa Jerman). Akhirnya bisa ketebak, dengan berat hati saya harus mundur perlahan dari program ini. Tadinya saya kira yang penting lolos dulu sudah gampang, ternyata soal bahasa dan transfer-mentransfer masalah mata kuliah menjadi hal yang sangat penting. Berbekal bahasa inggris saja tidak cukup, kebanyakan kampus-kampus di negara Eropa menyediakan mata kuliah dengan pengantar bahasa negara mereka.

Lagi-lagi rasanya seperti dipermainkan oleh keadaaan. Apa saya kecewa?

Tentu saja, sebagai manusia biasa saya tentu kecewa. Tapi balik lagi saya yakin pasti ada alasan dibalik semua kejadian ini, pasti ada misteri yang harus kembali saya pecahkan. Berarti saat itu bukan waktu yang tepat untuk saya ikut program ini.

Lantas apakah ceritanya berhenti di sini? Tidak!!!

Masih ada lanjutannya di postingan berjudul Lolos Erasmus+ ke Eropa 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tata Cara Pembuatan SKCK untuk Visa Studi ke Luar Negeri

Naskah Drama Bahasa Arab

Penyetaraan ijazah Luar Negeri DITOLAK